Mengenai Saya

Foto saya
padang, sumatera barat, Indonesia
Dengan melihat saya Tahu.. Dengan mencoba saya Bisa...

Rabu, 18 Januari 2012


Rela Berkorban

    Definisi Rela Berkorban. Menurut istilah berarti bersedia dengan ikhlas, senang hati, dengan tidak mengharapkan imbalan, dan mau memberikan sebagian yang dimiliki sekalipun menimbulkan penderitaan bagi dirinya.
     Makna yang terkandung dalam pengertian ini adalah bahwa untuk mencapai suatu kemajuan, keserasian, keselarasan, dan keseimbangan, dalam hidup bermasyarakat, diperlukan adanya kesediaan dengan ikhlas hati untuk memberikan seseuatu yang kita miliki untuk keperluan orang lain atau masyarakat.
    Contoh rela berkorban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, kerelaan berkorban sangatlah penting sebab tidak ada kerukunan, kebersamaan, kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan Negara tanpa adanya kerelaan berkorban dari warganya. Sebagai contoh jika anggota masyarakat giat mengadakan siskamling / ronda malam , maka keamanan lingkungan akan lebih terjamin. Melaksanakan siskamling merupakan wujud rela berkorban anggota masyarakat untuk kepentingan bersama.

Rela berarti bersedia dengan ikhlas hati,tidak mengharapkan imbalan atau dengan kemauan sendiri. Berkorban berarti memberikan sesuatu yang dimiliki sekalipun menimbulkan penderitaan bagi dirinya sendiri. Jadi, Berkorban dalam kehidupan mesyarakat berati bersedia dengan ikhlas memberikan sesuatu (tenaga,harta,atau pemikiran) untuk kepentingan orang lain ataupun masyarakat walaupun akan menmbulkan penderitaan bagi dirinya sendiri.
Kita harus selalu mengembangkan semangat rela berkorban dalam kehidupan bermasyarakat, semangat rela berkorban dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara, misalnya sebagai berikut :
1. Ketika zaman penjajahan bangsa Indonesia mengalami penderitaan yang hebat dari penjajah. Penderitaan yang hebat ini melahirkan tekad untuk mengusir penjajah dari tanah air Indonesia untuk mewujudkan tekad itu bangsa Indonesia rela berkorban melawan penjajah. Semangat berjuang dan rela berkorban itu akhirnya membuahkan hasil Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
2.  Orang tua merelakan putranya berjuang untuk bangsa dan negaranya sesuai dengan bidang dan kemampuannya.
REVERENSI

       Dahler,franz,Menuju kesehatan  Psikis ,yayasan kanisius ,Yogyakarta,1983
       Handoko,Martin ,Motivasi ,Daya Penggerak Tingkah Laku  ,Kanisius,Yogyakarta,1992.



Rabu, 11 Januari 2012

Faktor penyebab dan cara mengatasi kejenuhan belajar

Faktor Penyebab dan Cara mengatasi Kejenuhan Belajar

     Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apa bila ia telah kehilangan motovasi dan kehilangan kosolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa tertentu sampai pada tinkat keterampilan berikutnya (Chaplin, 1972). Selain itu kejenuhan juga dapat terjadi karna proses belajar siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaniyahnya karena bosan (boring) dan keletihan (fatigue). Namun penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan yang melanda siswa, karena keletihan dapat menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada siswa yang bersangkutan.
Apakah yang menyebab kan siswa mengalami keletihan mental (mental fantigue) ? setidak nya ada empa factor penyebab keletihan mental siswa yakni :
1.      Karena kecemasan siswa terhadap dampak negative yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri.
2.      Karena kecemasan siswa terhadap standar / patokan keberhasilan bidang bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa tersebut sedang merasa bosan mempelajari bidang bidang studi tadi.
3.      Karena siswa berada di tengah tengah situasi kompetitif yang ketat dan menurut lebih banyak kerja intelek yang berat.
4.      Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum, sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang ia bikin sendiri (self imposed ).
Selanjutnya, keletihan mental yang menyebabkan munculnya kejenuhan belajar itu lazimnya dapat diatasi dengan menggunakan kiat kiat antara lain sebagai berikut :
1.      Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak.
2.      Pengubahan dan penjadwalan kembali jam jam di hari hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.
3.      Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat alat perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa merasa ada disebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar.
4.      Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat dari pada sebelumnya.
5.      Siswa harus berbuat nyata (tidak  menyerah atau tinggal diam) dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.
Daftar Pustaka
Syah Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Wali Pers.